16 April 2009

Waduh, Saksi PKS Babak Belur Ditinju Ketua KPPS


Pemilu 2009 semakin lucu saja. Belum lagi kisruh soal kekacauan administrasi selesai, di Pekan Baru Riau saksi dari PKS babak belur dihajar oleh Ketua KPPS. Meski wajahnya luka memar, dia memaafkan, cuma urusan tetap diajukan ke polisi dan proses hukum tetap berlangsung. Walah

Korban pemukulan itu bertindak sebagai saksi di TPS 19 Kelurahan Pesisir Kecamatan Lima Puluh Pekanbaru. Peristiwa pemukulan terjadi saat Alminuddin melakukan protes karena panitia TPS, A Bakar Rahman, salah menghitung satu lembar suara. Menurut dia, ketika itu panitia TPS menghitung dua suara, untuk satu kertas suara yang tertandai lambang partai dan satu calegnya.

"Inikan tidak benar, saya kemudian protes. Namun dia langsung menarik baju saya dan langsung memukul saya," katanya Alminuddin dalam ketangan pers di Kantor DPW PKS Jumat (10/4/2009).

Saat mengetahui pertikaian itu, katanya, sejumlah warga langsung melerai perkelahian itu. Wargapun menyarankan keduanya menyelesaikan pertikaian secara damai.

"Pada dasarnya saya sudah memaafkan. Namun yang jelas proses hukum tetap jalan," kata Alminuddin. Alminuddin sendiri sudah melaporkan kasus penganiyaan ini ke polisi pada sore harinya.(warnaislam) Baca Selengkapnya..

10 April 2009

Bekerja sampai Jam 01.30, Mumung Enggak Kapok Jadi Saksi


JAKARTA, KOMPAS.com — Jika seseorang melakukan tugas dengan ikhlas, tanpa ada rasa terpaksa sedikit pun, tugas seberat apa pun akan terasa ringan. Walaupun tak jarang imbalan yang didapat juga tidak sebanding dengan jerih payah yang telah dikeluarkan.

Demikian yang dirasakan oleh Hj Munaroh (60), yang dari pemilu ke pemilu selalu menjadi saksi sampai seperti profesi tetap saja. Nenek 12 cucu yang lebih akrab dipanggil Ibu Mumung itu sudah menjadi saksi semenjak partai politik di Indonesia masih berjumlah tiga.

"Dari zamannya Pak Harto, saya sudah menjadi saksi. Saya memang orangnya senang berorganisasi dan tidak betah kalau harus diam saja. Menjadi saksi seperti hobi jadinya," kata warga RT 5 RW 2 Kelurahan Gelora, Tanah Abang, ini.

Saat pemilu tahun ini pun Mumung kembali diminta menjadi saksi salah satu partai politik yang cukup terkenal. Beberapa hari sebelum hari-H, salah seorang anggota dari parpol tersebut datang dan memintanya menjadi saksi. Tanpa menanyakan imbalan apa saja yang ia dapat, Mumung pun mengiyakan tawaran tersebut.

Pada saat hari penyontrengan kemarin, Ibu dari empat anak ini bertugas sejak pukul 06.30 sampai 01.30. Ada kendala saat memulai penghitungan suara sehingga penghitungan suara berjalan lamban. "Jumlah DPT-nya 407, yang hadir 246. Namun, saat penghitungan suara dimulai, jumlah yang hadir kok menjadi 247. Kami semua bingung, ternyata setelah diperiksa lagi, ada nama yang dobel," ujarnya.

Sayang, kerja keras Mumung sepertinya kurang mendapatkan penghargaan dari parpol yang memintanya menjadi saksi. Selama ia bertugas kemarin, ibu kost ini hanya mendapatkan satu kali makan siang, padahal ia harus bertugas sampai dini hari. "Honor yang saya dapat juga baru Rp 50.000, belum ada omongan apa-apa lagi dari orang parpol itu. Nanti kalau honor saya enggak ditambah, BAP-nya enggak akan saya kasih," katanya seraya terbahak.

Sebenarnya kejadian seperti itu bukanlah hal yang baru bagi Mumung. Setiap diminta menjadi saksi, ia mengalami hal serupa. Parpol yang semula "melamarnya", setelah berhasil justru "menceraikan" tanpa sepatah kata pun. Namun, wanita paruh baya ini tidak pernah merasa jera menjadi saksi.

"Dulu almarhum suami saya juga sering melarang saya menjadi saksi, maklum dia kan ustad. Namun, lama-lama dia (suami) berhenti melarang, sayanya yang bandel," guraunya.

Keempat anak Mumung pun berkali-kali melarangnya, sampai-sampai Mumung dibuatkan toko gas agar ia tidak terlalu banyak beraktivitas di luar. Namun, memang dasar keras kepala, ia justru menyuruh orang lain untuk mengelola toko gasnya itu.

Rencananya, untuk pemilihan presiden nanti, Mumung tetap bersedia menjadi saksi. "Kalau diberi umur yang panjang, saya masih bersedia kok jadi saksi. Enggak kapok dengan perlakuan parpol yang sering melupakan para saksi," tandasnya. Baca Selengkapnya..

06 April 2009

PKS Daur Ulang Atribut Kampanye Jadi Tas


BOGOR- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Bogor akan daur ulang atribut partai yang sudah tak digunakan lagi. Sebanyak ribuan spanduk dan baliho milik PKS akan disulap jadi tas.

Disebutkan oleh Ketua Bidang Operasional PKS Kota Bogor, Iman Nugraha, ia telah menginstruksikan seluruh Dewan Pengurus Ranting (DPRa) se-Kota Bogor untuk tidak langsung membuang atribut-atribut partai yang sudah harus turun terhitung pukul 00.00, Senin (6/4) tadi. oleh Iman, spanduk dan baliho tersebut diarahkan untuk diserahkan ke beberapa pusat-pusat daur ulang atribut yang telah didirikan oleh PKS.

"Nanti hasilnya berupa tas akan kami bagikan secara gratis di pasar-pasar dan pusat keramaian di Kota Bogor selepas penghitungan suara," kata Iman.

Dituturkan Iman, PKS melakukan proyek daur ulang ini mengingat besarnya jumlah spanduk dan baliho milik partainya di Kota Bogor. Terlebih lagi, bahan pembuat spanduk tersebut kebanyakan mengandung polimer sintetik yang sulit diuraikan.

Di Kota Bogor saja, menurut Iman, PKS memasang sebanyak 30.000 spanduk, baliho dan banner. Jika didaur ulang nanti, menurut Iman bisa dihasilkan kira-kira 5.000 tas dari bekas atribut tersebut.

Sementara itu, Ketua Bidang Kewanitaan PKS Kota Bogor, Nunun Nurlaila mengatakan bahwa daur ulang atribut ini tidak terbatas pada atribut dari PKS saja. Nurlaila mengatakan bahwa partai-partai yang berminat didaur ulang atributnya bisa langsung menghubungi DPD PKS Kota Bogor.

"Sentra-sentra produksi tas yang sudah kami bentuk siap menampungnya,"kata Nurlaila. Baca Selengkapnya..